Senin, 15 Desember 2014

Meredam kemarahan dengan wudhu

Meredam Kemarahan dengan Wudhu
Indriani Taslim
Banyak hal yang membuat kita marah, entah karena perbuatan orang lain, masalah pekerjaan, maupun karena keadaan yang menjengkelkan. Marah yang tidak diperbolehkan adalah marah karena menuruti hawan nafsu. Sedangkan marah yang diperbolehkan adalah marah karena suatu kemaksiatan. Ada pula marah yang terpuji, yaitu marah semata-mata karena Allah dan agama-Nya. Rasulullah telah memberikan contoh bagaimana cara meredam kemarahan. Salah satunya dengan berwudhu. Dengan berwudhu dan berusaha mencegah wudhu, kita bisa mengendalikan emosi. Berwudhu menghindarkan kita dari perbuatan yang tidak baik, salah satunya adalah kemarahan. Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya marah itu dari setan dan setan terbuat dari api. Dan api itu hanya bisa dipadamkan oleh air. Oleh karena itu, jika seorang di antara kamu marah maka berwudhulah. ” (Riwayat Abu Daud). Orang yang senantiasa menjaga wudhu akan merasa tidak nyaman jika harus marah. Orang yang menjaga wudhu akan berusaha menjaga diri dari perbuatan maksiat, serta malu kepada Allah jika terbersit keinginan untuk meluapkan emosi. Merekan akan menjaga emosi agar tidak meledak-ledak. Oleh karena itu, jika hati kita merasa panas, emosi datang tiba-tiba, segeralah beristighfar. Kemudian ambillah air wudhu, sambil terus memohon ampun kepada Allah. Niscaya, hati kita akan segera tenang kembali. Jika kemarahan sudah tidak bisa dibendung lagi, maka ubahlah posisi Anda. Jika Anda berdiri, maka duduklah. Jika Anda duduk, berbaringlah. Ini sesuai dengan hadis Rasulullah, “Maka apabila salah seorang di antara kamu marah dalam keadaan berdiri maka duduklah. Apabila dalam keadaan duduk maka berbaringlah. ” (Riwayat Abu Daud). Marah dapat menyebabkan kita tidak bisa berpikir jernih. Terlebih lagi marah bisa mematikan sel-sel otak kita, sehingga marah adalah perilaku yang merugikan bagi untuk diri sendiri dan juga orang lain. Hubungan baik dengan orang yang kita marahi juga akan terganggu. Lebih baik, tahan kemarahan dan redamlah dengan cara-cara yang sudah diajarkan oleh Rasulullah. Rasulullah sendiri juga sudah mengingatkan kita untuk tidak marah. Suatu ketika seorang lelaki berkata kepada Nabi: “Berilah aku wasiat!” Nabi menjawab, “Jangan marah!” Orang tersebut mengulangi permintaannya beberapa kali dan beliau tetap menjawab jangan marah. (Riwayat al-Bukhari). Mulai sekarang, berpikirlah dua kali untuk marah. Karena marah tiada gunanya. Orang yang dapat menahan amarah akan mendapatkan kemuliaan di sisi Allah Swt. Kunjungi website

Natal adalah kelahiran dewa matahari

NATAL ADALAH KELAHIRAN DEWA MATAHARI 1 jam lalu Selasa, 23 Safar 1436 H / 16 Desember 2014 08:20 wib 36 views Insya Allah keterangan di-bawah ini bermanfaat sbg pengetahuan untuk kita dan keluarga, istri dan anak2 kita, kerabat dn handai taulan kita memberikan gambaran yg sangat jelas sekali perihal peringatan kelahiran YESUS/Nabiyullah Isa alaihisallam. Penjelasan di-bawah ini di-ambil dari Blognya mereka sendiri/kalangan Kristen. Wallahu’alam. Note: Penjelasan tsb di-bawah membantah statement Gembong/tokoh JIL Ulil Abshor Abdala, yg menantang Ust.Yusuf Mansur buat mencari dalilnya mengucapkan selamat natal”HARAM”, Ulil jahil murokab, bahkan menurut kalangan mereka sendiri/Kristen perayaan NATAL adalah Perayaan kelahiran Dewa Matahari yg di-adopsi oleh penguasa Romawi saat itu. Kalau kita baca tulisan di-bawah ini dari kalangan mereka sendiri /kalangan Kristen meng-HARAM-kan NATAL, terlebih lagi Agama kita Islam sangat mengharamkan perbuatan tsb. Istilahnya buat Ulil yg jahil murokab, sudah jatuh ketiban tangga. Belum bertarung sudah WO.  http://m.voa-islam.com/news/indonesiana/2014/12/34504/tantang-ustadz-yusuf-mansur-cari-dalil-haram-ucapkan-selamat-natalulil- Apakah ibadat seseorang tercemar? Ibadat seseorang dapat dicemari oleh agama palsu dalam hal hari-hari raya umum. Contohnya Natal, yang konon dimaksudkan untuk memperingati kelahiran Yesus Kristus. Hampir setiap agama yang mengaku Kristen merayakannya. Tetapi, tidak ada bukti bahwa murid-murid Yesus pada abad pertama merayakannya. Buku Sacred Origins of Profound Things (Asal Usul Sakral dari Hal-Hal yang Bermakna Dalam) menyatakan, ”Selama dua abad setelah lahirnya Kristus, tidak seorang pun tahu, dan hanya sedikit yang peduli, kapan persisnya ia lahir.”  Bahkan seandainya murid-murid Yesus tahu persis tanggal lahir Yesus, mereka pun tidak akan merayakannya. Mengapa? Karena, seperti dikatakan The World Book Encyclopedia, orang Kristen masa awal ”menganggap perayaan kelahiran sebagai kebiasaan kafir”. Alkitab hanya menyebutkan dua perayaan hari lahir, yaitu yang diadakan oleh dua penguasa yang tidak menyembah Yehuwa. (Kejadian 40:20; Markus 6:21) Perayaan hari lahir juga diadakan untuk menghormati dewa-dewi orang kafir. Misalnya, pada tanggal 24 Mei orang Romawi merayakan hari lahir dewi Diana. Keesokan harinya, mereka memperingati hari lahir dewa matahari mereka, Apolo. Jadi, perayaan hari lahir dikaitkan dengan kekafiran, bukan dengan Kekristenan.  Tulisan ini bukan untuk melarang dan membenci natal tapi untuk memberikan pengetahuan/fakta dibalik natal. Umat kristiani mengklaim bahwa 25 Desember adalah hari kelahiran Yesus (dalam keyakinan umat islam adalah Nabi Isa ‘alaihissalam). Apakah benar natal adalah hari kelahiran Yesus? apakah natal adalah ajaran Bibel? Sejarah Natal Kata Christmas (Natal) yang artinya Mass of Christ atau disingkat Christ-Mass, diartikan sebagai hari untuk merayakan kelahiran “Yesus”. Perayaan yang diselenggarakan oleh non-Kristen dan semua orang Kristen ini berasal dari ajaran Gereja Kristen Katholik Roma. Tetapi, dari manakah mereka mendapatkan ajaran itu? Sebab Natal itu bukan ajaran Bibel (Alkitab), dan Yesus pun tidak pernah memerintah para muridnya untuk menyelenggarakannya. Perayaan yang masuk dalam ajaran Kristen Katholik Roma pada abad ke-4 ini berasal dari upacara adat masyarakat penyembah berhala. Karena perayaan Natal yang diselenggarakan di seluruh dunia ini berasal dari Katholik Roma, dan tidak memiliki dasar dari kitab suci, maka marilah kita dengarkan penjelasan dari Katholik Roma dalam Catholic Encyclopedia, edisi 1911, dengan judul : Christmas, Anda akan menemukan kalimat yang berbunyi sebagai berikut : “Christmas was not among the earliest festivals of Church…the first evidence of the feast is from Egypt. Pagan customs centering around the January calends gravitated to Christmas”. Artinya : “Natal bukanlah upacara Gereja yang pertama….melainkan ia diyakini berasal dari Mesir. Perayaan yang diselenggarakan oleh para penyembah berhala dan jatuh pada bulan December, kemudian dijadikan hari kelahiran Yesus” [selesai]. Dalam Ensiklopedi itu pula, dengan judul Natal Day; Bapak Katholik pertama mengakui bahwa : “In the Scriptures, no one is recorded to have kept a feast or held a great banquet on his birthday. It is only sinners (like Pharaoh and Herod) who make great rejoicings over the day in which they were born into this world”. Artinya : “Di dalam kitab suci, tidak ada seorang pun yang mengadakan upacara atau menyelenggarakan perayaan untuk merayakan hari kelahiran Yesus. Hanyalah orang-orang kafir saja (seperti Fir’aun dan Herodes) yang berpesta-pora merayakan hari kelahirannya di dunia ini” . Encyclopedia Britanica yang terbit tahun 1946 menjelaskan sebagai berikut : “Christmas was not among the earliest festival of the church…. It was not instituted by Christ or the apostles, or by Bible authority, it was picked up afterward from paganism”. Artinya : “Natal bukanlah upacara gereja abad pertama. Hal ini tidak pernah diselenggarakan oleh Yesus atau para muridnya, ataupun otoritas Bibel. Upacara ini diambil oleh gereja dari kepercayaan penyembah berhala” . Encyclopedia Americana terbitan tahun 1944 juga menyatakan berikut : “Christmas…. It was, according to many authorities, not celebrated in the first centuries of the Christian church, as the Christian usage in general was to celebrate the death of remarkable persons rather than their birth…” (The “Communion”, which is instituted by New Testament Bible authority, is a memorial of the death of Christ). “…A feast was established in memory of this event [Christ's birth] in the fourth century. In the fifth century the Western Church ordered it to be celebrated forever on the day of the old Roman feast of the birth of Sol, as no certain knowledge of the da of Christ’s birth existed”. Artinya : “Menurut para ahli, pada abad-abad permulaan, Natal tidak pernah dirayakan oleh gereja Kristen. Pada umumnya, umat Kristen hanya merayakan hari kematian orang-orang terkemuka saja, dan tidak pernah merayakan harikelahrian orang tersebut…”. (“Perjamuan Suci” yang tertera dalam Kitab Perjanjian Baru, hanyalah untuk mengenang hari kematian Yesus). “…Perayaan Natal yang dianggap sebagai hari kelahiran Yesus, mulai diresmikan padaabad keempat Masehi. Dan pada abad kelima Masehi, Gereja Barat memerintahkan kepada umat Kristen untuk merayakan hari kelahiran Yesus, yang diambil dari hari pesta bangsa Romawi yang merayakan hari Kelahiran Sol (Dewa Matahari). Sebab tidak seorang pun yang mengetahui hari kelahiran Yesus”. Sekarang perhatikan ! Fakta sejarah telah membeberkan kepada kita bahwa mulai lahirnya gereja Kristen pertama sampai dua ratus atau tiga ratus tahun kemudian – jarak waktu yang lebih lama dari umur negara Amerika Serikat – upacara Natal tidak pernah dilakukan oleh umat Kristen. Baru setelah abad keempat, perayaan ini mulai diselenggarakan oleh orang-orang Kristen Barat, Kristen Roma, dan Gereja. Menjelang abad kelima, Gereja Roma memerintahkan untuk merayakan sebagai hari raya umat Kristen yang resmi. YESUS TIDAK LAHIR PADA TANGGAL 25 DESEMBER Sungguh sangat mustahil jika Yesus dilahirkan pada musim dingin . Sebab Injil Lukas 2:11 menceritakan suasana di saat kelahiran Yesus sebagai berikut : “Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam. Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan. Lalu kata malaikat itu kepada mereka : “Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa : Hari ini telah lahir bagimu Juru selamat, yaitu Kristus, di kota Daud” . Tidak mungkin para penggembala ternak itu berada di padang Yudea pada bulan Desember. Biasanya, mereka melepas ternak ke padang dan lereng-lereng gunung. Paling lambat tanggal 15 Oktober, ternak tersebut sudah dimasukkan ke kandangnya untuk menghindari hujan dan hawa dingin yang menggigil. Bibel sendiri dalam Perjanjian Lama, kitab Kidung Agung 2; dan Ezra 10:9,13 menjelaskan bahwa bila musim dingin tiba, tidak mungkin para gembala dan ternaknya berada di padang terbuka di malam hari. Adam Clarke mengatakan : “It was an ancient custom among Jews of those days to send out their sheep to the field and desert about Passover (early spring), and bring them home at commencement of the first rain”[Adam Clarke Commentary, Vol. 5, Page 370, New York]. Artinya : “Adalah kebiasaan lama bagi orang-orang Yahudi untuk menggiring domba-domba mereka ke padang menjelang Paskah (yang jatuh awal musim semi), dan membawanya pulang pada permulaan hujan pertama” . Adam Clarke melanjutkan : “During the time they were out, the shepherds watch them night and day. As….the first rain began early in the month of Marchesvan, which answers to part of our October and November (begins sometimes in October), we find that the sheep were kept out in the open country during the whole summer. And, as these shepherd had not yet brought home their flocks, it is presumptive argument that October had not yet commenced, and that, consequently, our Lord was not born on the 25th of December, when no flock were out in the fields; nor could He have been born later than September, as the flocks were still in the fields by night. On this very ground, the Nativity in December should be given up. The feeding of the flocks by night in the fields is a chronological fact… See the quotations from the Talmudists in the Lightfoot“. Artinya : “Selama domba-domba berada di luar, para penggembala mengawasinya siang dan malam. Bila…hujan pertama mulai turun pada bulan Marchesvan, atau antara bulan Oktober dan Nopember, ternak-ternak itu mulai dimasukkan ke kandangnya. Kita pun mengetahui bahwa domba-domba itu dilepas di padang terbuka selama musim panas. Karena para penggembala belum membawa pulang domba-dombanya, berarti bulan Oktober belum tiba. Dengan demikian dapatlah diambil kesimpulan bahwa Yesus tidak lahir pada tanggal 25 Desember, ketika tidak ada domba yang berkeliaran di padang terbuka. Juga tidak mungkin dia lahir setelah bulan September, karena di bulan September inilah domba-domba masih berada di padang waktu malam. Dari berbagai bukti yang ada, kemungkinan lahir di bulan Desember itu harus disingkirkan. Memberi makan ternak di malan hari di padang gembalaan adalah fakta sejarah….sebagaimana yang diungkapkan oleh Talmud dalam bab “Ringan Kaki” . Dalam ensiklopedi manapun atau juga dalam kitab suci Kristen sendiri akan mengatakan kepada kita bahwa Yesus tidak lahir pada tanggal 25 Desember. Catholic Encyclopdia sendiri secara tegas dan terang-terangan mengakui fakta ini. Tidak ada seorang pun yang mengetahui kapan hari kelahiran Yesus yang sebenarnya. Jika kita meneliti dari bukti-bukti sejarah dan kitab suci Kristen sendiri, saya bisa mengambil kesimpulan bahwa Yesus lahir pada awal musim gugur – yang diperkirakan jatuh pada bulan September – atau sekitar 6 bulan setelah hari Paskah. Jika Tuhan menghendaki kita untuk mengingat-ingat dan merayakan hari kelahiran Yesus, niscaya Dia tidak akan menyembunyikan hari kelahirannya. Proses Natal Masuk ke Gereja NewSchaff – Herzog Encyclopedia of Religious Knowledge dalam artikelnya yang berjudul “Christmas” menguraikan dengan jelas sebagai berikut : “How much the date of the festival depended upon the pagan Brumalia (Dec. 25) following the Saturnalia (Dec. 17-24), and celebrating the shortest day of the year and ‘the new sun’…can not be accurately determined. The pagan Saturnalia and Brumalia were too deeply entrenched in popular custom to be set aside by Christian influence… The pagan festival with its riot and marrymaking was so popular that Christians were glad of an excuse to continue its celebration with little change in spirit and in manner. Christian preachers of the West and the Near East protested against the unseemly frivolity with which Christ’s birthday was celebrated, while Christians of Mesopotamia accused their Western brethren of idolatry and sun worship for adopting as Christian this pagan festival“. Artinya : “Sunguh banyak tanggal perayaan yang terkait pada kepercayaan pagan/penyembah berhala Brumalia (25 Desember) sebagai kelanjutan dari perayaan Saturnalia (17 – 24 Desember), dan perayaan menjelang akhir tahun, serta perayaan menyambut kelahiran matahari baru….tidak dapat ditentukan secara pasti (jumlahnya). Adat kepercayaan pagan Brumalia dan Saturnalia sudah berurat berakar dan populer tersebut dalam adat istiadat tersebut diambil oleh Kristen. Perayaan ini dilestarikan oleh Kristen dengan sedikit mengubah jiwa dan tata caranya. Para pendeta Kristen di Barat dan Timur Dekat menentang perayaan kelahiran Yesus yang meniru agama berhala ini. Di samping itu, Kristen Mesopotamia menuding Kristen Barat telah mengadopsi model penyembahan terhadap dewa Matahari” . Perlu diingat ! Menjelang abad pertama sampai abad keempat Masehi, dunia dikuasai oleh imperium Romawi yang paganis politeisme. Sejak agama Kristen masih kecil sampai berkembang pesat, para pemeluknya dikejar-kejar dan disiksa oleh penguasa Romawi. Setelah Konstantin naik tahta menjadi kaisar, kemudian memeluk agama Kristen pada abad keempat Masehi, dan menempatkan agama sejajar dengan agama kafir Roma, banyak rakyat yang berbondong-bondong memeluk agama Kristen. Tetapi karena mereka sudah terbiasa merayakan hari kelahiran dewa-dewanya pada tanggal 25 Desember, mengakibatkan adat tersebut sulit dihilangkan. Perayaan ini adalah pesta-pora dengan penuh kemeriahan, dansangat disenangi oleh rakyat. Mereka tidak ingin kehilangan hari kegembiraan seperti itu. Oleh karena itu, meskipun sudah memeluk agama Kristen, mereka tetap melestarikan upacara adat itu. Di dalam artikel yang sama – New Schaff – Herzog Encyclopedia of Religious Knowledge menjelaskan bagaimana kaisar Konstantin tetap merayakan hari “Sunday” sebagai hari kelahiran dewa matahari. Dan bagaimana pengaruh kepercayaan kafir Manichaeisme yang menyamakan Anak Tuhan (Yesus) identik dengan “Matahari”. Kemudian pada abad keempat masehi, kepercayaan itu masuk dalam agama Kristen. Sehingga perayaan hari kelahiran Sun-God (Dewa Matahari) yang jatuh pada tanggal 25 Desember, diresmikan menjadi hari kelahiran Son of God (Anak Tuhan – yaitu Yesus). Demikianlah asal-usul “Christmas” atau Natal yang dilestarikan oleh dunia barat sampai sekarang. Walaupun namanya diubah menjadi selain Sun-Day, Son of God, Christmas, dan Natal; pada hakekatnya sama dengan merayakan hari kelahiran dewa matahari. Sebagai contoh, kita bisa saja menamakan kelinci itu dengan nama singa, tetapi bagaimanapun juga fisiknya tetap kelinci. Marilah kita kembali membaca Encyclopedia of Brittanica yang mengatakan sebagai berikut : “Certain Latins, as early as 354, may have transferred the birthday from January 6th to December 25, which was then a Mithraic feast….. or birthday of the unconquered Sun… The Syrians and Armenians, who clung to January 6th, accused the Romans of suns worship and idolatry, contending…that the feast of December 25th, had been invented by disciples of Cerinthus…”. Artinya : “Kemungkinan besar bangsa Latin/Roma sejak tahun 354 telah mengganti hari kelahiran dewa Matahari dari tanggal 6 Januari ke 25 Desember, yang merupakan dari kelahiran anak dewa Mitra atau kelahiran dewa Matahari yang tidak terkalahkan. Tindakan ini mengakibatkan orang-orang Kristen Syiria dan Armenia marah-marah. Karena sudah terbiasa merayakan hari kelahiran Yesus pada tanggal 6 Januari, mereka mengecam bahwa perayaan tanggal 25 Desember itu adalah hari kelahiran Dewa Matahari yang dipercayai oleh bangsa Romawi. Penyusupan ajaran ini ke dalam agama Kristen, dilakukan oleh Cerinthus” . Banyak orang sudah lama mengakui bahwa Natal bersumber dari kekafiran, bukan dari Alkitab. Karena itu, Natal dilarang di Inggris dan di beberapa koloni Amerika pada abad ke-17. Bahkan siapa pun yang tinggal di rumah dan tidak bekerja pada hari Natal harus membayar denda. Tetapi, tidak lama kemudian kebiasaan umum itu menjadi populer lagi, dan beberapa kebiasaan lain ditambahkan. Natal sekali lagi menjadi hari raya yang penting, bahkan sampai sekarang di banyak negeri. Tetapi, karena Natal ada hubungannya dengan agama palsu, orang yang ingin menyenangkan Allah tidak merayakannya, juga hari raya lain mana pun yang bersumber dari ibadat orang kafir.Saksi-saksi Yehuwa yang orkris sering katakan "sesat!" juga tidak mau natal karena tidak sesuai ajaran Alkitab. Mungkin Anda merasa bahwa asal usul hari-hari raya itu hampir tidak ada kaitannya dengan apa yang dirayakan sekarang. Apakah asal usul benar-benar penting? Ya! Sebagai gambaran: Katakanlah Anda melihat ada permen loli di selokan. Apakah Anda akan mengambil permen itu dan memakannya? Tentu tidak, bukan? Permen itu kotor. Seperti permen itu, hari-hari raya mungkin kelihatannya menyenangkan, tetapi diambil atau berasal dari tempat-tempat yang najis. Mau dimakan dengan cara apapun atau mau membersihkan permen itu tetap saja permen itu kotor,najis, dan tidak patut dimakan. Hari-hari raya yang seperti itu tidak perlu dirayakan, saya malahan ingin kalian semua BERHENTI merayakan natal. Untuk berpaut pada ibadat sejati, kita harus memiliki pandangan yang sama dengan nabi Yesaya, yang memberi tahu para penganut ibadat sejati, ”Jangan menyentuh apa pun yang najis.”—Yesaya 52:11. http://www.sarapanpagi.org/jangan-merayakan-natal-vt6306.html Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita! Kunjungi website

7 fakta aneh disekitar kita

7 Fakta Aneh di Sekitar Kita Saad Saefullah / 18 jam lalu Islam Media  Oleh: Arief Siddiq Razaan
1. GAJI pemain sinetron bisa mencapai puluhan juta padahal tak jarang adegan filmnya mempertontonankan pergaulan bebas, tawuran, bunuh-membunuh [terutama fim remaja] sedangkan gaji guru masih ada yang tidak lebih dari satu juta rupiah, padahal ilmu yang diajarkannya jelas bermanfaat seumur hidup. 2. Orang tua sering merasa bangga anaknya mampu juara kelas, padahal baca Al-Qur’an saja tidak becus. Harusnya anak-anak itu setidaknya bisa mengkhatamkan Al-Qur’an baru bisa disebut juara, dan masalah nilai akademis Insya Allah akan baik, karena dasar ilmu agama itu akan menjadikan karakternya kuat untuk mengejar ilmu pengetahuan setelah membaca ayat-ayat Allah yang menegaskan keutamaan menuntut ilmu. 3. Kita lebih kasihan melihat pengemis di pinggir jalan lalu sedekah seribu/ dua ribu padahal bisa jadi ‘mengemis itu profesi yang gajinya melebihi pegawai negeri’. Jika ingin sedekah, mengapa tidak kita masukkan saja ke kotak amal tempat ibadah, atau kita tabung lalu saat uang cukup banyak kita belikan kitab suci dan kita hibahkan, Insya Allah itu akan jauh lebih bermanfaat untuk memperdalam ketakwaan pada Allah, semoga pahalanya mengalir baik untuk siapapun yang membaca kitab suci tersebut maupun untuk kita sendiri. 4. Seorang anak hanya karena nilai salah satu mata pelajaran rendah di saat ulangan sampai dipukul, padahal bisa jadi nilai mata pelajaran yang lain bagus. Justru orang tua harus paham kelebihan anaknya pada mata pelajaran apa sehingga ke depannya tahu harus dimotivasi kuliah jurusan apa, bukan malah dipaksakan untuk matian-matian pada satu jenis mata pelajaran hingga bisa jadi mata pelajaran lain terabaikan. 5. Banyak yang berpikir malunya jika menguliahkan anaknya di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, hanya karena kita berada di Negara Indonesia. Padahal, justru karena kita berada di negara Indonesia maka lapangan kerja dari jurusan tersebut terbuka lebar, terutama untuk guru sebab otomatis mata pelajaran tersebut tidak akan pernah dihapus. Lalu profesi lain bisa menjadi penulis, penyunting buku, usaha penerbitan, penulis skenario, dosen/praktisi bahasa, reporter/wartawan, pembuat kata-kata bijak/menarik untuk tampilan baju, dan lain-lain. 6. Beli kosmetik berharga ratusan ribu berasa murah, sedangkan beli buku yang jelas manfaatnya seumur hidup dan tak lebih dari lima puluh ribu dikatakan mahal. Hidup tanpa gadget [handphone] serasa dunia hampa, sedangkan hidup tanpa baca Al-Qur’an seolah biasa. Traktir pacar hingga ratusan ribu dianggap kewajaran, sedangkan membelikan oleh-oleh untuk saudara/orang tua dianggap berlebihan. 7. Dipuji ibu dengan ujaran “Anakku, cantik/tampan” cuma dianggap “Wajar namanya ibu sendiri, udah basi”, giliran pacar yang bukan mukhrim yang memuji “Langsung tak tidur semalaman karena terbayang-bayang, seolah tak pernah mendengar pujian itu seumur hidupnya.” [] Redaktur: Saad Saefullah Kunjungi website

Rumah ustadz selamat dari longsor banjarnegara

Rumah Ustadz ini Selamat dari Longsor Tanah Banjarnegara 20 jam lalu Islamedia.co -  Longsor yang terjadi di Desa Jemblung, Banjarnegara, meluluhlantakan puluhan rumah. Tapi ada yang menimbulkan tanda tanya dan penasaran, sebuah rumah dengan kebun jagung di belakangnya aman dari longsor. Pemandangan rumah dan kebun jagung ini menjadi pusat perhatian. Seperti pada Senin (15/12/2014) banyak masyarakat yang melihat dengan takjub rumah dan kebun itu. Padahal menilik dari lokasi rumah itu, persis di bawah bukit yang longsor. Tapi entah mengapa, seperti terlihat dari aliran longsor, tanah memecah menjadi dua saat melintasi kebun dan rumah itu. Rumah dan kebun itu pun menjadi pemandangan yang kontras, di kanan kiri rata dengan tanah, dan hanya bangunan rumah dan kebun itu yang tersisa. Belum ada yang mengetahui rumah siapa itu, karena penduduk di desa itu mengungsi. Kabarnya rumah itu milik seorang ustadz dan rumahnya kerap dijadikan tempat pengajian.[islamedia/detik] Kunjungi website