Jumat, 07 November 2014

AGAR ANAK MENCINTAI ALQURAN




AGAR ANAK CINTA KITABULLOH
Mengajarkan Al-Qur’an kepada anak adalah  hal yang paling pokok dalam Islam. Dengan hal tersebut, anak akan senantiasa dalam fitrahnya dan di dalam hatinya bersemayam cahaya-cahaya hikmah sebelum hawa nafsu dan maksiat mengeruhkan hati dan menyesatkannya dari jalan yang benar.
Belajar Al-Qur’an tidah hanya dilakukan pada anak-anak usia sekolah, remaja, dan orang dewasa. Tetapi belajar Al-Qur’an dan mengajarkan al-qur’an sudah harus dilakukan sejak anak masih dalam bentuk janin. Kendati pun secara ril, pendidikan anak dilakukan sejak dia dilahirkan, namumn islam menganjurkan agar orang tua mempersiapkan pendidikan anaknya jauh dari hari sebelum anaknya lahir, yaitu sejak ia memilih jodoh.
Kendati menurut anjuran islam bahwa pendidikan al-qur’an dimulai dari anak masih dalam kandungan, tetapi pada prakteknya kita akan lebih memfokuskan pembahasan kita pada fase masa kanak-kanak dan akhir masa kanak-kanak (usia 0-12 tahun). Dimana pada fase ini anak-anak sudah mampu menerima rangsangan pelajaran-pelajaran yang kita berikan, dan biasanya pada fase ini anak-anak masih sangat mudah untuk di kita arahkan.
Pada fase awal yaitu pada umur 0-6 tahun anak-anak memiliki kecenderungan untuk bermain dan melakkan berbagai percobaan terhadap segala sesuatu yang ada disekitarnya. Pada fase ini orang tua memiliki peranan penting untuk mengarahkannya. Begitu juga pada fase akhir kanak-kanak (6-12), dalam kondisi normal pikiran anak pada usia ini berkembang secara berangsur-angsur dan mulai tenang. Al-Abrasyi menambahkan bahwa fase ini anak memiliki daya ingat yang sangat kuat sehingga dia mampu menghafal beberapa ayat al-qur’an.
Tinjauan dari segi Hadist
Salah satu yang wajib diajarkan kepada manusia. Rasulullah saw. pernah bersabda (yang artinya):
“Didiklah anak-anakmu dengan tiga perkara: mencintai Nabimu; mencintai ahlul baitnya; dan membaca  Al-Qur’an karena orang-orang yang memelihara Al-Qur’an itu berada dalam lingkungan singasana Allah pada hari ketika tidak ada perlindungan selain dari pada perlindungan-Nya; mereka beserta para Nabi-Nya dan orang-orang suci”. (HR. Ath Thabrani). 
Cara Menanamkan Anak Cinta Alqur’an
Setiap orang tua pasti menginginkan buah hatinya menjadi anak yang shalih dan shalihah. Anka sahalih shalihah merupakan harta yang paling berharga bagi orang tua. Untuk mendapatkan semua itu, tentu harus ada upaya keras dari orang tua dalam mendidik anak.
Menanamkan rasa cinta AlQur’an memang seharusnya berawal dari lingkungan keluarga karena keluarga adalah sebagai suri tauldan bagi anak dan dalam  keluargalah semua bermula.
Dengan semakin berkembangnya usia anak, maka pendidikan anak pun akan berkembang, tidak hanya berasal dari rumah akan tetapi bertambah yakni di sekolah. Dan disinilah anak akan bertambah segala pengalamannnya baik secara akademik maupun nonakademik.

Prinsip-prinsip mengajarkan Al-Qur’an:
• Tidak boleh memaksa anak ( kecuali dengan alasan, misalkan watak anak ‘pemalas’ )
• Lakukan kegiatan dengan cara menyenangkan
•Dimulai dari ayat-ayat yang mudah difahami
• Keteladanan dan motivasi
Dengan menjalankan segala prinsip-prinsip yang ada diharapkan anak akan mampu  menerima segala materi yang kita berikan.

Kunci keberhasilan mengajarkan anak untuk menghafal Al-Qur’an
·         Suasana senang dan membahagiakan akan membantu anak untuk mengingat hafalannya dalam waktu yang lama, dengan demikian anak akan berinteraksi dengan Al-Qur’an dengan perasaan cinta dan keterikatan terhadap Al-Qur’an.
·         Berulang dan kontinyu
·         Apabila anak-anak berada pada kondisi yang menyenangkan dan bahagia,anak akan terbantu  untuk untuk mengingat hafalannya dalam waktu yang lama.sehingga diharapkan setiap hafalan yang sudah diajarkan bisa masuk kedalam memori anak hingga dewasa, namun tak luput dari murojaah dari kedua pihak yakni keluarga dan juga sekolah. 

CCara memelihara dan mengembangkan memori anak:
·         Ajari anak untuk fokus dan perhatian pada pendidiknya.
·         Faktor makanan adalah penentu untuk terpelihara kemampuan memori itu bekerja     (zat-zat adiktif yang terdapat dalam makanan, perlahan tapi pasti akan merusak daya ingat anak-anak).
·         Memberi penjelasan pada anak-anak atas nilai-nilai yang terkandung dalam bacaan yang dihafalnya, maka memori akan bekerja lebih eksis.
·         Menghormati waktu bermain dan waktu istirahat anak.
·         Jauhkan unsur-unsur yang dapat mengancam psikologi anak-anak ; celaan dan tekanan.
·         Ciptakan motivasi-motivasi agar anak cenderung menyukai aktifitas menghafal

Adapun metode-metode yang bisa digunakan anak mencintai Al-Qur’an diantaranya adalah:
1. Bercerita kepada anak dengan kisah-kisah yang diambil dari Al-Qur’an.
Mempersiapkan cerita untuk anak yang bisa menjadikannya mencintai Allah Ta’ala dan Al-Qur’an Al-Karim, akan lebih bagus jika kisah-kisah itu diambil dari Al-Qur’an secara langsung, seperti kisah tentang tentara gajah yang menghancurkan Ka’bah, kisah perjalanan nabi Musa dan nabi Khidir, kisah Qarun, kisah nabi Sulaiman bersama ratu Bilqis dan burung Hud-hud, kisah tentang Ashabul Kahfi, dan lain-lain.
Sebelum kita mulai bercerita kita katakan pada anak, “Mari Sayangku, bersama-sama kita dengarkan salah satu kisah Al-Qur’an.”
Sehingga rasa cinta anak terhadap cerita-cerita itu dengan sendirinya akan terikat dengan rasa cintanya pada Al-Qur’an. Namun, dalam menyuguhkan cerita pada anak harus diperhatikan pemilihan waktu yang tepat, pemilihan bahasa yang cocok, dan kalimat yang terkesan, sehingga ia akan memberi pengaruh yang kuat pada jiwa dan akal anak.
2. Sabar dalam menghadapi anak.
Misalnya ketika anak belum bersedia menghafal pada usia ini, maka kita harus menangguhkannya sampai anak benar-benar siap. Namun kita harus selalu memperdengarkan bacaan Al-Qur’an kepadanya.
3. Menggunakan metode pemberian penghargaan untuk memotivasi anak.
Misalnya jika anak telah menyelesaikan satu surat kita ajak ia untuk jalan-jalan/rekreasi, atau dengan menggunakan lembaran prestasi/piagam penghargaan, sehingga anak akan semakin terdorong untuk mengahafal Al-Qur’an.




4. Menggunakan semboyan untuk mengarahkan anak mencintai Al-Qur’an.
Misalnya:
·         Saya mencintai Al-Qur’an.
·         Al-Qur’an Kalamullah.
·         Allah mencintai anak yang cinta Al-Qur’an.
·         Saya suka menghafal Al-Qur’an.
Atau sebelum menyuruh anak memulai menghafal Al-Quran, kita katakan kepada mereka, “Al-Qur’an adalah kitab Allah yang mulia, orang yang mau menjaganya, maka Allah akan menjaga orang itu. Orang yang mau berpegang teguh kepadanya, maka akan mendapat pertolongan dari Allah. Kitab ini akan menjadikan hati seseorang baik dan berperilaku mulia.”
5. Menggunakan sarana menghafal yang inovatif.
Hal ini disesuaikan dengan kepribadian dan kecenderungan si anak (cara belajarnya), misalnya :
  • Bagi anak yang dapat berkonsentrasi dengan baik melalui pendengarannya, dapat menggunakan sarana berupa kaset, atau program penghafal Al-Qur’an digital, agar anak bisa mempergunakannya kapan saja, serta sering memperdengarkan kepadanya bacaan Al-Qur’an dengan lantunan yang merdu dan indah.
  • Bagi anak yang peka terhadap sentuhan, memberikannya Al-Qur’an yang cantik dan terlihat indah saat di bawanya, sehingga ia akan suka membacanya, karena ia ditulis dalam lembaran-lembaran yang indah dan rapi.
  • Bagi anak yang dapat dimasuki melalui celah visual, maka bisa mengajarkannya melalui video, komputer, layer proyektor, melalui papan tulis, dan lain-lain yang menarik perhatiannya.
6. Memilih waktu yang tepat untuk menghafal Al-Qur’an.
Hal ini sangat penting, karena kita tidak boleh menganggap anak seperti alat yang dapat dimainkan kapan saja, serta melupakan kebutuhan anak itu sendiri. Karena ketika kita terlalu memaksa anak dan sering menekannya dapat menimbulkan kebencian di hati anak, disebabkan dia menanggung kesulitan yang lebih besar. Oleh karena itu, jika kita ingin menanamkan rasa cinta terhadap Al-Qur’an di hati anak, maka kita harus memilih waktu yang tepat untuk menghafal dan berinteraksi dengan Al-Qur’an.Adapun waktu yang dimaksud bukan saat seperti di bawah ini:
Setelah lama begadang, dan baru tidur sebentar,
Setelah melakukan aktivitas fisik yang cukup berat,
Setelah makan dan kenyang,
Waktu yang direncanakan anak untuk bermain,
Ketika anak dalam kondisi psikologi yang kurang baik,
Ketika terjadi hubungan tidak harmonis anatara orangtua dan anak, supaya anak tidak membenci Al-Qur’an disebabkan perselisihan dengan orangtuanya.

Yang perlu diperhatikan tentang bakat anak dalam menghafal:
1.      Kenali bakat anak-anak dan hargai minat mereka.
Dengan mengenali bakat tersebut maka kita sebagai guru akan bisa menentukan bagaimana metode yang harus dipakai atau kombinasi  metode yang seperti apa sehingga segala materi yang disampaikan bisa tercapai.
2.      Fahami keterbatasan daya ingat anak karena tiap anak itu beda kemampuannya.
Setiap anak memang berbeda jadi tidaksama tingkat daya ingat anak. Daya anak sesuai tingkat usianya.
3.      Kenali anak-anak yang memiliki kesulitan dalam belajar dan berinteraksi
Apabila kita mengetahui kesulitan – kesulitan anak dalam  belajarnya maka kita sebagai guru bisa mencari cara untuk menyampaikannya sesuai cara belajarnya anak.

TEKNIS PENGAJARAN
Adabeberapa teknis pengajaran dati segi umur diantaranya:
1.      Bayi ( 0-2 tahun )
·         Bacakan Al-Qur’an dari surat Al-Fatihah
·         Tiap hari 4 kali waktu ( pagi, siang, sore, malam )
·         Tiap 1 waktu satu surat diulang 3x
·         Setelah hari ke-5 ganti surat An-Nas dengan metode yang sama
·         Tiap 1 waktu surat yang lain-lain diulang 1x 2.
2.      Di atas 2 tahun
·         Metode sama dengan teknik pengajaran bayi. Jika kemampuan mengucapkan kurang, maka tambah waktu menghafalnya, misal dari 5 hari menjadi 7 hari.
·         Sering dengarkan murottal.
3.      Di atas 4 tahun
·         Mulai atur konsentrasi dan waktu untuk menghafal serius
·         Ajari muroja’ah sendiri * Ajari mengahfal sendiri
·         Selalu dimotivasi supaya semangat selalu terjaga
·         Waktu menghafal 3-4x per hari

CARA MENJAGA HAFALAN
* Mengulang-ulang secara teratur
* Mendengarkan murottal
* Mentadabburi dan menghayati makna
* Menjauhi maksiat
Dengan demikian, marilah kita sebagai guru yang mengemban amanah ini untuk terus berusaha lebih baik supaya anak didik kita mengikuti langkah-langkah kita , karena kita sebagai agen dari pembelajaran untuk anak didik kita. Semoga kita selalu diberikan kemudahan untuk mendidik mereka sesuai ajaran ALLOH DAN RASULNYA.




Tidak ada komentar: